Hubungan AS dan Cina  Kembali Memanas Lagi, Penyebabnya Gara-Gara Ini

Internasional | Selasa, 07 Maret 2023 - 01:05 WIB

Hubungan AS dan Cina  Kembali Memanas Lagi, Penyebabnya Gara-Gara Ini
Presiden AS Joe Biden (kanan) bersalaman dengan Presiden Cina, Xi Jinping (ISTIMEWA)

WASHINGTON DC (RIAUPOS.CO)  – Perang dagang Amerika Serikat (AS) versus Cina kembali memanas. Hal ini setelah AS resmi mengumumkan pembatasan ekspor tambahan untuk puluhan entitas asal Cina. Seperti sebelumnya, isu keamanan nasional, spionase dan kepentingan kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Joe Biden masih menjadi dasar tingginya tensi kedua negara besar itu.

Bloomberg melaporkan pada akhir pekan lalu bahwa Departemen Perdagangan AS mengatakan, sejumlah perusahaan di dalam daftar entitas tersebut telah mencoba mengakuisisi barang-barang asal AS untuk mendukung upaya modernisasi militer Cina. Dari perspektif bisnis teknologi, hal ini dikhawatirkan berpengaruh besar pada banyak perusahaan teknologi AS yang tak sedikit memiliki hubungan dagang erat dengan Cina. Ambil contoh kasus Huawei.


Perang dagang yang sedang berlangsung antara AS-Cina telah mempengaruhi banyak perusahaan, terutama di bidang teknologi. Salah satu perusahaan yang berada di garis bidik pemerintah AS adalah Huawei, raksasa telekomunikasi Cina. Perusahaan tersebut ditempatkan di daftar entitas Departemen Perdagangan AS pada 2019. Hal ini membuat perusahaan teknologi Cina itu membatasi aksesnya ke pasokan Amerika. Langkah itu dipandang sebagai tindakan keamanan nasional oleh pemerintah AS, yang menuduh Huawei menggunakan perangkat dan peralatan jaringannya untuk memata-matai perusahaan Amerika. Sebagai hasil dari penempatan daftar entitas, Huawei harus mencari alternatif untuk pasokan AS, seperti mengembangkan sistem operasi dan ekosistemnya sendiri.

Namun, perusahaan masih sangat bergantung pada pembuat chip AS untuk ponsel cerdasnya, dan laporan terbaru menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menghadapi pembatasan lebih lanjut atas aksesnya ke pasokan ini. Seperti sudah disinggung di atas, kebijakan ini berpotensi jadi bumerang sendiri bagi AS. Salah satu perusahaan yang dapat terpengaruh oleh pembatasan baru tersebut adalah Nvidia, pembuat chip AS yang sedang mempertimbangkan untuk menjual teknologi mereka ke Huawei. Menurut laporan dari Reuters via Gizmochina, rencana pemerintahan Biden untuk memperketat pembatasan pada Huawei dapat menghalangi rencana Nvidia untuk berbisnis dengan perusahaan tersebut.

Laporan tersebut, yang dilihat oleh Reuters, mengatakan bahwa usulan amandemen lisensi Departemen Perdagangan tahun 2023 kemungkinan besar akan berdampak ekonomi yang tinggi pada Nvidia. Dampaknya bisa lebih luas. Perusahaan lain yang mungkin terpengaruh adalah Qualcomm, yang saat ini memasok versi 4G dari chipset high-end-nya ke Huawei. Laporan yang sama menunjukkan bahwa Qualcomm akan menderita “dampak ekonomi sedang” dari perubahan kebijakan yang tidak diketahui sampai kapan akan berakhir ini. Laporan tersebut menambahkan bahwa Huawei akan lebih menderita karena perusahaan tersebut “sangat bergantung pada chip modem Qualcomm untuk mendukung penawaran smartphone-nya.”

Huawei telah dilarang menggunakan chipset terbaru Qualcomm, yang dirancang untuk bekerja dengan sinyal 5G. Sebaliknya, perusahaan telah menggunakan versi terendah dari chipset Qualcomm Snapdragon yang hanya dapat memberikan konektivitas 4G. Jika pemerintah AS melanjutkan rencananya untuk lebih membatasi akses Huawei ke pasokan AS, chipset terbatas ini pun bisa terancam pula. Dampak pembatasan ini bisa jadi signifikan bagi Nvidia dan Qualcomm. Pasalnya, pasar Tiongkok menghadirkan peluang yang signifikan bagi industri semikonduktor AS, dan kehilangan akses ke pasar ini dapat merugikan keuntungan perusahaan-perusahaan ini. Namun, tidak jelas apa perincian spesifik dari perubahan kebijakan yang diusulkan

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook